
...
ketika pertama kali kau tancapkan sebutir canda
untuk bersama menemanimu,
ada sedikit kecemasan dalam diri,
kecemasan akan keterpurukan hati...
karena aku sadar,
diri yang berdiri ini
bukanlah sebentuk pribadi yang tegar dan kuat
untuk menerima sebentuk perhatian
tanpa merasa terbuai dan terlena lebih jauh lagi
...
namun,
tetap kubiarkan semua mengalir
meskipun harus terus tenggelam dalam segala pesona kelembutanmu
....(Ya Tuhan, ampuni hamba-Mu yang telah mencintai makhluk-Mu, yang mungkin melebihi Cintaku pada-Mu...)
sesaat,
kubiarkan semua berlalu begitu saja
kubiarkan semua mengalir apa adanya
karena siapa tahu, ini hanya inginku saja
...
hingga pada satu titik yang cukup menyesakkan,
yang akhirnya tak tertahankan...
kukumpulkan segenap keberanian untuk mengungkapkannya
(bukankah kau tak akan pernah tahu, kalau tak ku beritahu....?
dan meskipun nantinya kau akan tahu dan tak tahu apa yang mesti kau lakukan,
tak mengapa...
akan lebih baik seperti itu,
daripada tak pernah terungkap sama sekali dan hanya untukku sendiri)
mungkin buatmu ini hal yang memusingkan, aku minta maaf...
tapi buatku ini sedikit melegakan,
setidaknya mengurangi sesak beban rasa ini (yang ternyata buatmu...)
...aku tak menuntut rasa yang sama
karena semua tak bisa dipaksa
karena hanya hati yang bisa memilih
pada siapa rindu dan rasa itu akan terarah
...
aku tak punya hak apa-apa untuk meminta hal yang sama
karena hanya dorongan hati dan cinta
yang akan mampu memberikannya
...
maafkan,
bila aku terlalu banyak berkata-kata
untuk mengungkapkan apa yang kurasa
karena selama ini hanya kupendam sendiri saja
...
bila ada rasa yang sama, mengapa tak kita coba
untuk mengukir hari-hari bersama...?
...
bila tak ada rasa,
maka lupakanlah kalau aku pernah mengungkapkan ini kata
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar